Konsep Normal dan Abnormal
Menurut
Supratiknya (1995), merumuskan konsep normal dan abnormal tentang perilaku
seseorang secara tepat agak sulit karena: (1) sulit menentukan model manusia
yang ideal atau sempurna, (2) Dalam banyak kasus tak ada batas-batas yang jelas antara perilaku normal dan abnormal. Seseorang
yang dipandang secara umum sehat atau normal, suatu saat dapat melakukan
perbuatan yang tergolong abnormal yang mungkin diluar kesadarannya. Sebaliknya,
tidak jarang orang yang abnormal melakukan perbuatan atau pengucapan kata-kata
layaknya orang yang normal atau waras.
Menurut
H. B. English, kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap dimana sang
pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami alkulturasi diriatau realisasi
diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan sekedar absennya
gangguan mental.
Beberapa Ciri Pribadi Sehat-Normal
Aspek penyesuaian diri
|
Ciri perilaku
|
Sikap terhadap diri sendiri
|
Menunjukkan penerimaan diri; memiliki
jati diri yang memadai (positif); memiliki penilaian yang realistik terhadap
berbagai kelebihan dan kekurangan
|
Persepsi terhadap realitas
|
Memiliki pandangan yang realistik
terhadap diri sendiri dan terhadap dunia orang maupun benda di sekelilingnya
|
Integrasi
|
Berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflikbatin
yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stres
|
Kompetensi
|
Memiliki kompetensi-kompetensi fisik,
intelektual, emosional, dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai
problema hidup
|
Otonomi
|
Memiliki kemandirian, tanggung jawab
dan penentuan diri (self-determination;
self direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan
diri dari berbagai macam pengaruh sosial
|
Pertumbuhan aktualisasi diri
|
Menunjukkan kecenderungan ke arah menjadi
semakin matang, kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai
pribadi.
|
Untuk
ciri-ciri abnormal sudah dipostikan pada postingan sebelumnya Mengenal Psikologi Abnormal
Contoh kasus A:
Norman berusia 12 tahun seringkali jatuh pingsan di
kelasnya. Pertama kali ia jatuh pingsan di pelajaran Biologi saat gurunya
mempertontonkan film pembedahan Katak untuk menjelaskan mengenai anatomi katak.
Ketika filmnya baru setengah jalan ditayangkan, Norman merasa pusing dan
meninggalkan ruangan. Tetapi gambar2 itu tidak mau beranjak pergi dari
kepalanya. Ia terus diganggu oleh gambar2 tsb dan kadang2 sampai merasa mual.
Ia mulai menghindari situasi yg membuatnya melihat darah atau luka. Dalam 1
minggu ia 7-10 kali pingsan di kelas, sehingga dinilai menghambat proses
pembelajarannya di kelas sehingga pada akhirnya Norman dikeluarkan dari
sekolahnya tersebut meskipun sebelumnya Norman memiliki prestasi yang baik.
Analisa Kasus:
Dalam
contoh kasus di atas Norman lebih cenderung masuk ke ciri-ciri abnormal. Hal ini,
terlihat dari penyimpangan norma-norma sosial dan tekanan batin.
Penyimpangan
norma-norma sosial, yaitu sifat yang tidak patuh atau tidak sejalan dengan
norma sosial. Terlihat dari norman yang pada saat menonton film pembedahan
katak untuk menjelaskna anatomi katak. Ketika filmnya baru setengah jalan
ditayangkan mengalami pusing dan kadang-kadang mual bahkan dalam 1 minggu ia
7-10 kali pingsan di kelas, sehingga menghambat proses pembelajaran di kelas
sehingga ia dikeluarkan dari sekolahnya. Dapat dilihat bahwa, teman-temannya
norman pada saat menonton pembedahan katak terlihat bisa-biasa saja atau hal
yang lumrah menonton pembedahan katak tetapi hal itu sangat berbeda dengan
norman yang menunjukan gejala-gejala fisik seperti pusing, mual bahkan sampai
pingsan.
Tekanan batin, yaitu perasaan cemas,
depresi atau sedih, atau persaan bersalah yang mendalam. Terlihat dari Norman
yang selalu dibayang-bayangi oleh
gambar-gambar dan ia juga mulai menghindari situasi yang membuatnya melihat
darah atau luka. Secara tidak langsung, norman mengalami tekanan batin seperti
perasaan cemas atau takut apabila ia melihat darah atau luka.
Referensi:
Ardani
Ardi Tristiadi, M. Si. Psi. 2011. “Psikologi Abnormal”. Bandung: Lubuk Agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar