Pengertian Psikologi Abnormal
Apa sih psikologi abnormal
ituuuu???
Terus apa perbedaannya sama
psikologi klinis?
Psikologi abnormal adalah salah
satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal.
Psikologi abnormal atau yang
sering disebut psikopantologi adalah salah satu cabang psikologi yang digunakan
untuk mendiagnosa yang berkaitan dengan kelainan atau hambatan kepribadian.
Perbedaan antara psikologi klinis dan psikologi abnormal. Kalau psikologi
klinis itu lebih bagaimana cara pembuatan dinamika psikologis, cara mengatasi
atau penanganannya sedangkan psikologi abnormal itu lebih bagaimana cara kita
untuk mendiagnosanya.
Ciri-ciri Abnormal
- Penyimpangan dari norma-norma statistik
Abnormal
adalah setiap hal yang luar biasa, tidak lazim atau secara harafiah yang
menyimpang dari norma. Hampir setiap kepribadian tersebar dari populasi orang
mengikuti kurve normal yang bentuknya mirip genta, dimana dua pertiga dari
jumlah kasus terletak pada sepertiga dari keseluruhan bidang yang mewakili
populasi tersebut. Kriteria ini cocok diterapkan untuk sifat-sifat kepribadian
tertentu seperti sifar agresif, dimana semakin jauh dari nilai rata-rata baik
kearah kiri maupun kanan kita temukan orang-orang dengan tingkat agresifitas
ekstrem (rendah atau tin ggi), yang dua-duanyaberkonotasi negatif. Sebaliknya
konotasi ini tidak cocok untuk sifat-sifat kepribadian lain seperti intelegensi
sebab kendati sama-sama abnormal namun sifat genius (ekstrem tinggi) jelas
mempunyai nilai positif, sedangkan sifat idiot (ekstrem rendah) punya nilai
negatif.
Berikut adalah
gambar kurvanya:
Dari kurva di atas
terlihat bahwa seseorang yang memiliki sifat genius masuk ke superior (ekstrem
tinggi) sedangkan seseorang yang memiliki sifat idiot masuk ke inferior
(ekstrem rendah), sedangkan yang tidak kedua-duanya masuk ke normal.
-
Penyimpangan dari norma-norma sosial
Kriteria
abnormal ini, diartikan sebagai non konformitas, yaitu sifat tidak patuh atau
tidak sejalan dengan norma sosial. Inilah yang disebut relativisme budaya bahwa
apa saja yang umum atau lazim adalah normal. Kendati tidak selalu sepakat,
namun patokan semacam ini sering berlaku dimasyarakat. Patokan ini didasarkan
pada dua pengandaian yang patut diragukan kebenarannya. Pertama adalah apa yang
dinilai tinggi dan dilakukan oleh mayoritas selalu baik dan benar. Kedua bahwa
perbuatan individu yang sejalan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
- Gejala “salah suai” (malajudment)
Abnormalitas dipandang
sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi , menanggapi, menangani,
atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun
yang bersumber dari kebutuhannya sendiri. Kriteria semacam ini jelas bersifat
negatif, artinya tidak memperhitungkan fakta bahwa seorang individu dapat
berpenyesuaian baik (well adjusted) tanpa memanfaatkan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuannya. Tidak sedikit orang yang secara umum disebut “berhasil”
dalam menjalani hidup ini, dalam arti hidup secara “lumrah baik” namun sebagai
pribadi tidak pernah berkembang secara maksimal optimal. Orang-orang yang tidak
gelisah “adem ayem” tentram belaka.
- Tekanan batin
Abnormalitas
dipandang sebagai perasaan-perasaan cemas, depresi atau sedih, atau perasaan
bersalah yang mendalam. Namun ini bukan merupakan patokan yang baik untuk
membedakan perilaku normal dari yang abnormal atau sebaliknya. Tekanan batin
yang kronik seperti tak berkesudahan mungkin merupakan indikasi bahwa ada
sesuatu yang tidak beres. Sebaliknya sangat normal bila orang merasa sedih atau
tertekan manakala mengalami musibah, kecewa dan
ketidakadilan. Ketabahan memang merupakan suatu indikator kemasakan
menghadapi bencana, namun dalam biasa wajar misalnya, akan terkesan aneh bila
orang merasa gembira menghadapi kematian orang terkasih.
- Ketidakmatangan
Seseorang
dikatakan abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya. Tidak
selaras dengan situasinya. Masalahnya, sering sulit menentukan patokan tentang
kepantasan dan kematangan. Colemen, Butcher dan Carson (1980) dengan tetap
menyadari kekurangannya akhirnya menggunakan dua kriteria yaitu abnormalitas
sebagai penyimpangan dari norma-norma masyarakat dan abnormal dalam arti apa
saja yag bersifat maladaptif. Yang terakhir berarti apa saja yang tidak
menunjang kesejahteraan sang individu sehingga pada akhirnya tidak menunjang
kemaslahatan masyarakat. Kesejahteraan atau kemaslahatan masyarakat meliputi
baik kemampuanbertahan maupun perkembangan-pencapaianpemenuhan diri atau
aktualisasi dan berbagai kemampuan yang dimiliki.
Referensi:
Ardani Ardi
Tristiadi, M. Si. Psi. 2011. “Psikologi Abnormal”. Bandung: Lubuk Agung
Nevid S. Jeffry; Rathus A. Spencer; Gerene Beverly. 2005. “Psikologi
Abnormal”. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar