Sabtu, 18 Februari 2012

Mengenal Psikologi Abnormal

Pengertian Psikologi Abnormal

Apa sih psikologi abnormal ituuuu???

Terus apa perbedaannya sama psikologi klinis?

Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal.
Psikologi abnormal atau yang sering disebut psikopantologi adalah salah satu cabang psikologi yang digunakan untuk mendiagnosa yang berkaitan dengan kelainan atau hambatan kepribadian.
Perbedaan antara psikologi klinis dan psikologi abnormal. Kalau psikologi klinis itu lebih bagaimana cara pembuatan dinamika psikologis, cara mengatasi atau penanganannya sedangkan psikologi abnormal itu lebih bagaimana cara kita untuk mendiagnosanya.

Ciri-ciri Abnormal

-     Penyimpangan dari norma-norma statistik
Abnormal adalah setiap hal yang luar biasa, tidak lazim atau secara harafiah yang menyimpang dari norma. Hampir setiap kepribadian tersebar dari populasi orang mengikuti kurve normal yang bentuknya mirip genta, dimana dua pertiga dari jumlah kasus terletak pada sepertiga dari keseluruhan bidang yang mewakili populasi tersebut. Kriteria ini cocok diterapkan untuk sifat-sifat kepribadian tertentu seperti sifar agresif, dimana semakin jauh dari nilai rata-rata baik kearah kiri maupun kanan kita temukan orang-orang dengan tingkat agresifitas ekstrem (rendah atau tin ggi), yang dua-duanyaberkonotasi negatif. Sebaliknya konotasi ini tidak cocok untuk sifat-sifat kepribadian lain seperti intelegensi sebab kendati sama-sama abnormal namun sifat genius (ekstrem tinggi) jelas mempunyai nilai positif, sedangkan sifat idiot (ekstrem rendah) punya nilai negatif.

Berikut adalah gambar kurvanya:






                             Inferior (ekstrem rendah)          Normal         Superior (ekstrem tinggi)

Dari kurva di atas terlihat bahwa seseorang yang memiliki sifat genius masuk ke superior (ekstrem tinggi) sedangkan seseorang yang memiliki sifat idiot masuk ke inferior (ekstrem rendah), sedangkan yang tidak kedua-duanya masuk ke normal.

-     Penyimpangan dari norma-norma sosial
Kriteria abnormal ini, diartikan sebagai non konformitas, yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial. Inilah yang disebut relativisme budaya bahwa apa saja yang umum atau lazim adalah normal. Kendati tidak selalu sepakat, namun patokan semacam ini sering berlaku dimasyarakat. Patokan ini didasarkan pada dua pengandaian yang patut diragukan kebenarannya. Pertama adalah apa yang dinilai tinggi dan dilakukan oleh mayoritas selalu baik dan benar. Kedua bahwa perbuatan individu yang sejalan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

-     Gejala “salah suai” (malajudment)
Abnormalitas dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi , menanggapi, menangani, atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari kebutuhannya sendiri. Kriteria semacam ini jelas bersifat negatif, artinya tidak memperhitungkan fakta bahwa seorang individu dapat berpenyesuaian baik (well adjusted) tanpa memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuannya. Tidak sedikit orang yang secara umum disebut “berhasil” dalam menjalani hidup ini, dalam arti hidup secara “lumrah baik” namun sebagai pribadi tidak pernah berkembang secara maksimal optimal. Orang-orang yang tidak gelisah “adem ayem” tentram belaka.

-     Tekanan batin
Abnormalitas dipandang sebagai perasaan-perasaan cemas, depresi atau sedih, atau perasaan bersalah yang mendalam. Namun ini bukan merupakan patokan yang baik untuk membedakan perilaku normal dari yang abnormal atau sebaliknya. Tekanan batin yang kronik seperti tak berkesudahan mungkin merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sebaliknya sangat normal bila orang merasa sedih atau tertekan manakala mengalami musibah, kecewa dan  ketidakadilan. Ketabahan memang merupakan suatu indikator kemasakan menghadapi bencana, namun dalam biasa wajar misalnya, akan terkesan aneh bila orang merasa gembira menghadapi kematian orang terkasih.

-     Ketidakmatangan
Seseorang dikatakan abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya. Tidak selaras dengan situasinya. Masalahnya, sering sulit menentukan patokan tentang kepantasan dan kematangan. Colemen, Butcher dan Carson (1980) dengan tetap menyadari kekurangannya akhirnya menggunakan dua kriteria yaitu abnormalitas sebagai penyimpangan dari norma-norma masyarakat dan abnormal dalam arti apa saja yag bersifat maladaptif. Yang terakhir berarti apa saja yang tidak menunjang kesejahteraan sang individu sehingga pada akhirnya tidak menunjang kemaslahatan masyarakat. Kesejahteraan atau kemaslahatan masyarakat meliputi baik kemampuanbertahan maupun perkembangan-pencapaianpemenuhan diri atau aktualisasi dan berbagai kemampuan yang dimiliki.

Referensi:
Ardani Ardi Tristiadi, M. Si. Psi. 2011. “Psikologi Abnormal”. Bandung: Lubuk Agung

Nevid S. Jeffry; Rathus A. Spencer; Gerene Beverly. 2005. “Psikologi Abnormal”. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar