Selasa, 13 Maret 2012

Pola Asuh Patogenik



            Orang tua adalah orang yang mengasuh dan merawat kita dari kecil. Bagaimana kepribadian kita saat ini sebagian besar adalah pengaruh dari pola asuh atau didikan orang tua yang di terapkan kepada setiap anak-anaknya. Seriap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Patogenik adalah pola asuh yang tidak sehat untuk anak sehingga bisa berdapak pada pola perilaku menyimpang pada anak. Berikut ini adalah pola asuh patogenik:

1.      Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya
Pada kriteria ini, orng tua cenderung melindungi anaknya secara berlebihan kepada anaknya atau yang lebih populer over protective. Kriteria ini tidak bagus untuk mendidik anak karena apabila orang tua terlalu memanjakan anaknya, maka anaknya akan ngelunjak kepada orang tuanya karena semua yang diinginkan oleh anakanya di berikan oleh orang tuannya. Misalnya: orang tua yang memberikan semua yang diinginkan anaknya tanpa tahu apa yang dibutuhkan atau diperlukan oleh si anak. Tanpa pikir panjang orang tua tersebut langsung memberikannya.

2.      Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”
Pada kriteria ini orang tua bersikap otoriter terhadap anak. Orang tua melindungi anak secara berlebihan dan tidak memberikan kebebasan kepada anak. Misalnya: Orang tua yang selalu mengikuti anaknya bila anaknya sedang pergi dengan teman-temannya.

3.      Penolakan (rejected child)
Pada kriteria ini, orang tua tidak meginginkan anaknya. Sehingga anaknya tidak diperdulikan oleh orang tuanya atau orang tuanya bersikap acuh tak acuh dengan anaknya. Ada atau tidak ada anaknya tidak memberikan pengaruh besar bagi orang tuanya. Misalnya: Anak hasil dari hubungan di luar nikah.

4.      Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
Pada kriteria ini, orang tua menentukan norma-norma, etika dan moral yang terlalu tinggi serta mengharuskan anak untuk mengikuti semua norma-norma yang telah diberikan oleh orang tuanya. Misalnya: Orang tua yang menganut religius yang tinggi tidak memperbolehkan anaknya untuk berpacaran.

5.      Disiplin yang terlalu keras
Pada kriteria ini, orang tua memberikan peraruran-peraturan yang terlalu berlebihan kepada anak sehingga anak tidak di beri kebebasan. Misalnya: orang tua yang menyuruh anaknya untuk belajar dan tidak memperbolehkan anaknya untuk bermain.

6.      Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan
Pada kriteria ini, orang tua memberikan aturan-aturan yang berbeda-beda sehingga anak menjadi bingung mau mengikuti aturan yang mana. Misalnya: seorang anak yang tidak di perbolehkan pacaran oleh ayahnya tetapi ibunya justru memperbolehkan anaknya untuk berpacaran.

7.      Perselisihan antara ayah-ibu
Dalam kehidupan berumah tangga, pasti ada perselisihan antara ayah dan ibu. Bila anak melihat langsung pertengkaran antara ayah dan ibu maka akan berdampak buruk bagi si anak. Bisa saja anak akan menjadi trauma dalam memilih pasangan karena kerap melihat ayah dan ibunya sering bertengkar.

8.      Perceraian
Perceraian orang tua bisa memberikan dampak buruk bagi anaknya. Anak bisa tidak mendapatkan perhatian khusus dari kedua orang tuanya karena kedua orang tuanya pisah rumah dan anak juga harus memilih harus tinggal dengan ayahnya atau ibunya. Dampak dari perceraian ini adalah anak cenderung menjadi takut untuk berumah tangga karena takut bila kelak ia berumah tangga ia akan mengalami perceraian sama seperti kedua orang tuanya.

9.      Persaingan yang kurang sehat diantara para saudaranya
Orang tua cenderung membanding-bandingan antara anak yang lebih unggul dan anak yang biasa-biasa saja. Padahal setiap anak memiliki bakat atau kelebihannya masing-masing dan orang tua kurang peka akan hal itu. Misalnya: orang tua yang membanding-bandingkan kakaknya dengan adiknya dalam hal akademik karena kakaknya lebih berprestasi dalam akademik sedangkan adiknya tidak.
10.  Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral)
Orang tua memberikan contoh yang tidak baik kepada anak-anaknya sehingga anaknya meniru tingkah laku dan omongan yang tidak sepantasnya dari orang tua. Misalnya: orang tua yang sedang marah mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dan anak meniru omongan orang tuanya.

11.  Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak)
Orang tua selalu menginginkan anak untuk menjadi sukses sehingga orang tua kerap kali yang menentukan cita-cita apa yang pantas dan tidak pantas untuk anak-anaknya. Misalnya: orang tua menginginkan anaknya untuk masuk ke jurusan kedokteran tetapi anaknya lebih suka masuk ke jurusan hukum.

12.  Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-psikotik)
Orang tua yang mengalami gangguan jiwa bisa berdampak negatif kepada anaknya karena orang tua yang mengalami gangguan jiwa tidak bisa mengajarkan kepada anak-anaknya mana yang baik dan mana yang buruk.

Minggu, 04 Maret 2012

Panic Attacks

Kasus Panic Attacks
          Jane lahir di Amerika Serikat bagian barat, dan menghabiskan masa kecil di sana. Dia menyatakan bahwa dia memiliki dua kakak laki-laki dan dua saudara perempuan yang lebih tua. Jane melaporkan bahwa dia pikir masa kecilnya itu "baik sampai dia 17 [tahun]." Dia menyatakan bahwa dia berubah pendapatnya setelah dia mulai mengunjungi keluarga teman-temannya dan melihat perbedaan dengan keluarganya.
        Jane melaporkan bahwa ibunya didiagnosa dengan gangguan schizoaffective dan telah menerima pengobatan medis untuk gangguan-nya selama bertahun-tahun. Dia mencatat bahwa ayahnya dua kali bercerai dan ia adalah seorang pecandu alkohol.
            Jane melaporkan bahwa dia mengalami serangan panik setiap hari dengan reaksi fisiologis yang termasuk nyeri dada, sesak napas, pusing, hidung terasa panas, keringat tiba-tiba, dan mati rasa di tangan. Serangan panik terjadi di tempat kerja, di rumah, dan di depan tempat umum. Dia melaporkan bahwa serangan panik itu menjadi masalah di tempat kerjanya, dan atasannya telah berkomentar tentang kondisinya. Jane menyatakan bahwa dia telah mengalami serangan panik selama lebih dari 10 tahun.
Berdasarkan kasus di atas, ciri-ciri panic attack (serangan panik) adalah reaksi fisiologis berupa:
-          Nyeri pada bagian dada
-          Sesak napas
-          Pusing
-          Hidung terasa panas
-          Keringat tiba-tiba
-          dan mati rasa di tangan.

Menurut DSM-IV Ciri-Ciri Panic Attacks
A. Pemunculan kembali panic attacks yang tidak diharapkan secara berulang-ulang yang diikuti 1 bulan atau lebih salah satu/lebih hal-hal berikut ini:
- Bersifat menetap tentang adanya attacks.
- Khawatir terhadap implikasi dari attacks.
- Perubahan pada perilaku tertentu sehubungan dengan attacks.
B. Tidak adanya agoraphobia.
C. Panic attacks tidak berhubungan langsung dengan efek fisiologis dari pengaruh zat kimia (narkoba) ataupun kondisi umum medis.
D. Panic attacks tidak dapat memberikan penjelasan yang lebih baik dari gangguan mental lainnya, seprti social phobia, spesific phobia, obsessive compulsive disorder, posttraumatic stress disorder ataupun separation anxiety disorder.